Siang panas terik itu tidak menyurutkan para penabuh gendang dan gamelan beserta para Pawang membuka perhelatan perdana sebuah kelompok seni budaya kuda lumping di pinggiran kota Balikpapan yang memang mayoritasa dalah para warga pendatang sejak era tahun 60-an. Dari wajah mereka nampang senyum menyungging memulai penampilan seni budaya kuda lumping tersebut. Disertai dengan kepulan asap dari bawah meja beraroma kemenyan yang khas. Alunan gendang dan alat musik lainnya yang didukung peralatan sound system mulai mendatangkan para penonton di pinggiran lapangan terbuka itu.
Adalah kelompok seni budaya Turonggo Sari Budoyo pimpinan Bapak Alimin yang meresmikan terbentuknya para pekerja seni hiburan di bidang seni & budaya nasional Kuda Lumping pada tanggal 18 Maret 2012 di lingkungan KM 12 dalam Kelurahan Karang Joang Balikpapan Utara. Berbekal oleh semangat mencintai budaya asli Indonesia mereka begitu antusias mendirikan kelempok seni ini dan akan berkembang bersama kelompok seni Kuda lumping lainnya yang sudah ada di kawasan kota Balikpapan sebelumnya.
Saya sendiri kurang banyak tahu mengenai sejarah tari-tarian kuda lumping ini yang konon merupakan asli dari tempat nenek moyang saya dahulu yaitu TulungAgung Jawa Timur. Namun secara umum menampilkan tari-tarian yang sudah umum di dengar seperti “Pegon” yang umumnya ditarikan oleh para wanita, “Senterewe” yang ditarikan oleh para prianya dan juga kembangan tarian seperti “Celengan” dan “Barongan”. Sebagai hiburan tambahan tentunya dalamkuda lumping akan ada fenomena yang di kenal dengan istilah “Ndadi” atau kesurupan yang melibatkan pemain itu sendiri atau penonton yang dating menyaksikan.
Beberapa hal yang perlu kami soroti adalah pertama mengenai rekrutmen atau pencarian para pemain yang menurut Bapak Alimin beliau tidak banyak menemui kesulitan untuk mencari penari-penari yang masih dalam usia muda. Luar biasa!!! Di era yang penuh dengan berbagai macam seni ini termasuk yang sedang tren di kalangan anak muda sekarang seperti Dance, Boy Band dll ternyata masih ada yang sangat mencintai seni tradisi ini dengan ikhlas. Disini kami berharap banyak ke depannya pemerintah dapat memperhatikan para pelajar atau seniman muda ini dalam mengembangkan seni budaya yang mereka cintai itu salah satunya menyediakan beasiswa pendidikan bagi mereka.
Pendanaan! Ini yang mungkin banyak di pikiran masyarakat kita, memang benar hasil dari pegelaran seni ini tidak seberapa bahkan saya sendiri ingat dulu para pemain dapat makan gratis saja sudah senang minta ampun. Untuk dapat bertahan di era ini kelompok seni budaya ini sangat tergantung dengan adanya sponsorship. Salah satu cara seperti yang sudah diterapkan oleh kelompok seni di atas adalah menggandeng salah satu produsen minuman energi dan tentunya dukungan pemerintah juga sudah mereka dapatkan.
Jadi semata-mata untuk cinta dengan seni budaya lah yang membuat para pekerja-pekerja seni ini masih bertahan dan pemerintah berkewajiban mendukung penuh mereka-mereka yang masih sangat mencintai negeri Indonesia ini lewat seni dan budayanya. Akankah Kuda lumping yang sudah menyebrang lautan dari tempatnya ini masih akan mampu menderu di tengah terik debu kemajuan zaman?
Bagi pembaca yang berminat untuk mengundang kelompok kuda lumping ini bisa menghubungi Bapak Alimin no kontak 08125840743